Kamis, 01 November 2018

Makalah Modul 5, Kb 1-3. “KARAKTERISTIK DAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKELAINAN” Oleh IIS WIDIYA (834873448)



Makalah
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
KARAKTERISTIK DAN KEBUTUHAN PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKELAINAN
(Modul 5, Kb 1,2&3)





Oleh : Iis widiya (834873448)
Tutor Pembimbing : Zaidan Jauhari, S.Pd.,MT

UNIT PROGRAM PEMBELAJARAN JARAK JAUH
UNIVERSITAS TERBUKA
PALEMBANG
2018.2






DAFTAR ISI


DAFTAR ISI .........................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Tujuan Masalah ............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A.    Karakteristik dan kebutuhan Pendidikan anak yang berkelainan fisik.......4
B.     Karakteristik dan Kebutuhan Pendidikan Anak yang Berkelainan Psikis..5
C.     Karakter dan kebutuhan Pendidikan Anak berkesulitan belajar.................7
BAB III PENUTUP..............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12




BAB I
PENDAHULUAN
A.     LATAR BELAKANG
            Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum agar suatu lembaga pendidikan dapat mempengaruhi para siswa sehingga tujuan pendidikan yang telah ditentukan dan diterapkan dapat tercapai. Proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah-sekolah memiliki tujuan yang sama dengan tujuan Pendidikan Nasional, oleh karena itu peningkatan prestasi belajar siswa terus diupayakan oleh pihak sekolah maupun pemerintah.
Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Surya (2004:7) bahwa ”dalam pembelajaran lebih menekankan kepada sutu proses pengajaran (bagi guru) dan belajar (bagi siswa) sehingga interaksi keduanya lebih luas pada pengajaran dan proses belajar mengajar”.
Pendidikan adalah suatu proses kehidupan yang menyeluruh mencakup pengalaman-pengalaman yang direncanakan dan tidak direncanakan yang memungkinkan anak dan orang dewasa untuk berkembang dan belajar melalui interaksi dengan masyarakat dan budaya di mana mereka berada yang dijalani sejak masa bayi sampai tua (Ashkan, 1994).
Pendidikan mencakup pula penyesuaian diri terhadap masyarakat dan budaya. Dalam peristiwa-peristiwa kehidupan, adaptasi berarti bahwa setiap orang adalah unik dalam belajar melalui jenjang sekolah yang dimulai sejak pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi.
Bagi orang-orang yang baru memasuki dunia pendidikan atau tidak mengenal kegiatan pembelajaran di sekolah, istilah anak-anak dengan kebutuhan khusus mungkin hanya berarti anak-anak yang lambat atau terbelakang yang tidak akan pernah berhasil di sekolah seperti anak-anak lainnya. Untuk sebagian orang hal itu berarti bahwa untuk anak-anak ini harapan memperoleh kehidupan normal tidak akan dapat direalisasikan.
Terdapat banyak anak-anak berkebutuhan khusus yang memerlukan bantuan khusus yang intensif pada sekolah atau sekolah khusus dari guru-guru yang telah dilatih secara tersendiri untuk membantu mereka. Namun banyak juga di antara mereka yang bersekolah di sekolah terdekat baginya, mengikuti pelajaran di kelas-kelas biasa. Mereka memperoleh kebaikan dan keuntungan di tempat ini di mana dilaksanakan pelayanan pendidikan yang dirancang untuk anak-anak agar belajar lebih efektif.
Pendidikan khusus telah menyediakan filsafat untuk mendukung dan melandasi pelayanan pendidikan di mana terjadi proses belajar dan pembelajaran. Hal itu akan sangat penting dan bermanfaat untuk merangkum beberapa hal penting tentang pendidikan khusus. Pertama, pendidikan khusus adalah suatu konsep relatif yang didefinisikan sebagai suatu program yang membutuhkan sumber-sumber untuk menyajikan pendidikan yang memadai bagi semua siswa yang berkebutuhan khusus. Kedua, pendidikan khusus adalah suatu istilah yang umum yang merujuk kepada sekelompok program atau pelayanan yang didesain untuk memenuhi kebutuhan siswa yang khusus atau berkelainan. Ketiga, pendidikan khusus telah menjadi pengkajian dan landasan bagi strategi dan teknik pembelajaran. Keempat pendidikan khusus mempunyai karakter ekonomi dan politik yang unik.
Setiap anak memiliki perbedaan baik perbedaan fisik maupun perbedaan cara berpikir dan kemampuan intelektualnya. Perbedaan-perbedaan ini sering dikenal oleh orang tua yang memperbandingkan perkembangan prestasi anak-anaknya dengan prestasi anak-anak lain misalnya sebagian anak belajar berbicara pada usia yang lebih mudah daripada anak-anak lainnya sebagian telah dapat memahami dan menggunakan ide ide dan konsep yang kompleks sebelum yang lain.



Melalui observasi dan eksperimen pada abad yang lalu telah ditemukan bahwa perkembangan fisik, mental, dan keterampilan sangat berkaitan dengan usia. Untuk bidang terkait dengan fisik dan motorik kita dapat merujuk kepada grafik atau skala perkembangan anak, sedangkan untuk mengetahui perkembangan domain intelektual rujukan paling utama adalah intelegensi quotient (IQ) dan menggunakan tes kecerdasan. Dari hal yang diperoleh dapat diketahui apakah seorang anak pada usia tertentu berkembang sesuai dengan standar yang dikenal ataukah ia berada di atas atau di bawah standar tersebut. Anak-anak yang berada di luar tentang tersebut adalah mereka yang memerlukan pendidikan khusus atau bahkan pendidikan khusus bagi mereka merupakan kebutuhan esensial.

 B. TUJUAN
                   Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah diharapkan para pembaca dapat mengetahui karakteristik dan kebutuhan pendidik bagi anak yang:
            1.      Berkelainan fisik.
            2.      Berkesulitan Psikis
3.     Berkesulitan belajar



BAB II
PEMBAHASAN

    1.      Karakteristik dan kebutuhan Pendidikan anak yang berkelainan fisik
Bagian otak yang mengatur hubungan pada indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pengenal rasa dan penciuman adalah corpus collosum.
Karakteristik umum kesulitan yang dialami anak berkelainan fisik:
1.      Kesulitan memproses, terjadi bila gangguan syaraf menghambat diterimanya informasi atau untuk mengungkap sesuatu secara memadai
2.      Kesulitan dalam motivasi terjadi bila kebutuhan akan usaha pribadi berinteraksi dengan image diri dan percaya diri, yang berakibat pada berbagai motivasi
3.      Kesulitan berpartisipasi terjadi bila gangguan fisik menghambat kemampuan anak untuk bergabung dalam kegiatan kelas.
Beberapa kelainan fisik:
1.      Cerebral Palsy, ketidaknormalan gerakan dan postur karena gangguan atau ketidakmatangan otak (Denhoff). Cerebral palsy sebagai akibat dari kerusakan gangguan otak dapat ditelusuri, mungkinkarena adanya kerusakan fisik (trauma) atau oleh penyebab lain yang tidak langsung misal kekurangan oksigen, contol lain, epilepsi adalah bagian dari cerebral palsy.
2.      Spina Bifida, gangguan saraf
Gangguan saraf pada spina bifida terpusat, sedangkan pada cerebral palsy gangguannya menyebar.
Gangguan lain yang terjadi pada spina bifida dan sering memerlukan bantuan operasi (pembedahan) adalah hydrocephalus.
3.      Epilepsi,gangguan saraf yang mempengaruhi pendidikan anak.
Convulsion adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan perilaku yang ditunjukkan oleh seseorang bila gangguan pada bagian otak tertentu.




     2.      Karakteristik dan Kebutuhan Pendidikan Anak yang Berkelainan Psikis
A.    Hakikat Anak Berkelainan Psikis
Keterbelakangan mental adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan orang-orang yang mempunyai kesulitan-kesulitan dalam mengatasi masalah, memahami pemikiran-pemikiran dan konsep-konsep dan dalam mempelajari keterampilan-keterampilan akademik seperti membaca, menulis dan berhitung.
B.     IQ dan Ketidakmapuan Intelektual
Binet memandang intelegensi sebagai bagian dasar manusia yang mencakup judgement,intiative,adaptation terhadap suatu keadaan.
IQ normal menurut Skala Binet dari Amerika Serikat adalah antara 61-   100.
Klasifikasi berdasarkan IQ pada ketidakmampuan intelektual:
Tingkat ketidakmampuan
Menurut skor Binet
Menurut skor Wechsler
Ringan
68-52
69-55
Sedang
51-36
54-40
Parah
35-
39-

Menurut Bower, siswa yang emosinya terganggu mempunyai karakteristik:
1.      Ketidakmampuan belajar, yang tidak dapat diterangkan dengan faktor kesehatan intelektual dan sensori
2.      Ketidakmampuan membangun dan mempertahankan hubungan interpersonal dengan teman dan gurunya
3.      Bentuk perilaku dan perasaan yang tidak memadai tapi berada di bawah normal
4.      Menunjukkan ketidakbahagiaan dan berada dalam suasana depresi
                    Bower  mendefinisikan penyimpangan perilaku yang mencakup tingkat,durasi,variasi perilaku,dan hubungan terhadap kondisi-kondisi ketidakmampuan lainya.
                    Wood mengajukan bahwa suatu definisi yang baik mengandung permasalahan:
1.      Pengganggu.Apa atau siapa yang dianggap sbg fokus permasalahan?
2.      Perilaku bermasalah.Bagaimanakah pertilaku bermasalah dipermasalahkan?
3.      Setting.Dimana perilaku itu terjadi?
4.      Terganggu.Siapa yang menganggap perilaku itu terganggu?

C.     Peserta Didik Autis
Autis berasal dari bahasa Yunani dari kata autos,yang berarti diri.istilah pertama yang digunakan oleh Eugene Bleur.Selain faktor genetik dan lingkungan yang tercemar populasi, pandangan yang lebih mendapat dukungan ilmuwan mengungkapkan bahwa kelainan sistem kerja otak, terutama pada lapisan korteks serbral, serebelum dan sistem limbik merupakan penyebab autistik pada anak.
1.      Karakteristik anak autis
Menurut pengklarifikasian Lauren B. Alloy, dkk, dalam Abnormal Psychology, empat karakteristik anak autis; isolasi diri, keterbelakangan mental, kemampuan bahasa rendah, dan perilaku menyimpang.
Ciri (khas) perilaku anak autis:
a.       Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara
b.      Anak tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang lain dan tidak mempunyai empati
c.       Pemahaman anak sangat kurang
d.      Kadangkala anak mempunyai daya ingat yang sangat kuat
e.       Anak mengalami kesukaran dalam mengekspresikan perasaannya
f.       Memperbaiki perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan
2.      Relasi Pendidik dan peserta didik dalam Setting pembelajaran autis
    Empati dan peran aktif keluarga memainkan peran yang sangat menentukan keberhasilan  pembelajaran terhadap anak autis.
3.      Stategi pembelajaran anak autis
Strategi pembelajaran sebagaimana dikemukakan Wina Sanjaya adalah perencanaan yang berisi serangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.. pilihan strategi yang digunakan beranjak dari strategi individual sampai pada penggunaan strategi kelompok, bagi anak yang telah menunjukkan adanya peningkatan kemampuan.
Dalam uji coba dan penerapannya, strategi yang kerap digunakan untuk anak autis mengacu pada teori A-B-C (autecendent-behavior-consequence) yang diperkenalkan psikologi Loovas atau dikenal applied Behavior analysis (ABA). Strategi ini dimulai dengan instruksi atau antecedent atau pra-kejadian, yakni pemberian instruksi kepada anak baik berupa perintah meniru, pertanyaan atau visual. Setelah 3-4 detik, anak diharapkan akan memberikan behavior (perilaku) atau respon sesuai dengan instruksi. Untuk membuat respon anak bertahan makan diperlukan consequence atau akibat; baik berupa reinforcemenet (penglihatan), prompt (bantuan) kepada anak untuk memberikan jawaban yang benar.


C. Karakter dan kebutuhan Pendidikan Anak berkesulitan belajar 
Beberapa modifikasi tugas untuk memfasilitasi perkembangan siswa diuraikan berikut ini:
1.Modifikasi tugas disesuaikan pada kesiapan siswa
            Tugas -tugas dapat dianalisis melalui dimensi proses.Spenry menunjukan dimensi-dimensi untuk   dipertimbangkan dalam menganalisis tugas-tugas dari yang paling sulit kepada yang paling sulit.
a.       Dari situasi sosial kepada yang non sosial.
b.      Dari materi dan respon yang abstrak kepada yang konkret
c.       Dari materi yang verbal kepada yang non verbal



2.Modifikasi proses -proses tugas disesuaikan dengan gaya -gaya belajar siswa
Meichenbaum menyarankan 3  langkah dalam modifikasi tugas :
1)      1.Manipulasi tugas
2)      2.Mengubah lingkungan
3)      Berikan dukungan atau spirit

PENDIDIKAN INKLUSIF 
Merupakan suatu pandangan yang menuntut adanya perubahan layanan pendidikan yang tidak diskriminatif ,menghargai perbedaan, dan pemenuhan kebutuhan setiap individu berdasarkan kemampuanya.
Phil Foreman: pendidikan inklusif adalah sebuah proses yang sistematis mengantarkan anak-anak berkebutuhan khusus dan kelompok anak tertentu pada usia yang sama kedalam lingkungan yang alami dimana umumnya anak-anak bermain dan belajar.
Bern dalam budi.H :merupakan filosofi pendidikan yaitu bagian dari keseluruhan.
Stainback dalam Sunardi:merupakan sekolah yang menampung semua siswa di kelaas yang sama dengan layanan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa.
Kebhinekaan vertikal mencakup perbedaan kecerdasan,kekuatan fisik,ketajaman sensoris ,kepekaan sosial,dan kematangan emosional.
Kebhinekaan horisontal mencakup perbedaan ras,suku, adat,agama dan berbagai variabel lain .

Johnsen dan Miriam Skojen menjabarkan 3 prinsip pendidikan inklusif:
1.      Bahwa setiap anak termasuk dalam komunitas setempat dan dalam suatu kelas atau kelompok
2.      Hari sekolah diatur penuh dengan tugas -tugas pembelajaran kooperatif dengan perbedaan     pendidikan dan fleksibilitas dalam memilih dengan sepuas hati
3.      guru bekerja bersama dan mendapat pengetahuan pendidikan umum,khusus dan tekhnik belajar individu serta keperluan pelatihan dan bagaimana mengapresiasikan keanekaragaman dan perbedaan individu dalam pengorganisasian kelas

Mulyono dalam Sri Wahyu Ambarwati mengidentifikasi prinsip pendidikan inklusif kedalam 9 elemen:
1.      Sikap guru yang positif terhadap kebhinekaan
2.      Interaksi promotif ,yaitu upaya untuk saling menolong dan saling memberi motivasi dalam belajar.
3.      Pencapaian kompetensi akademik dan sosial
4.      Pembelajaran adaptif
5.      Konsultasi kolaboratif
6.      Hidup dan belajar dalam masyarakat
7.      Hubungan kemitraan antara sekolah dan keluarga
8.      Belajar dan berfikir independen
9.      Belajar sepanjang hayat.

Prosedur pembelajaran yang inklusif:
1.      Pembentukan tim pembelajaran inklusif
2.      Mengidentifikasi kebutuhan
3.      Mengembangkan tujuan pembelajaran
4.      Merancang pengembangan pembelajaran
5.      Menentukan evaluasi kemajuan

 

BAB III
PENUTUP

1. Filosofi pendidikan bagi anak berkesulitan belajar adalah pada saat mereka mencapai kesiapan dan kematangan yang disetting dalam kelas oleh guru berbagai modifikasi tugas yang disesuaikan dengan gaya-gaya belajar yang memudahkan baginya menyerap materi yang disajikan dengan cara yang khusus pula.
2. Jadikan inklusif sebagai sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar setiap anak usia sekolah tanpa kecuali memperoleh haknya untuk terpenuhi kebutuhan pendidikannya. Pendidikan yang memberikan layanan kepada semua peserta didik tanpa memandang kondisi fisik mental intelektual sosial emosi ekonomi jenis kelamin suku budaya tempat tinggal bahasa dan sebagainya. Semua peserta didik belajar bersama-sama baik di sekolah atau kelas formal maupun nonformal yang berada di dekat tempat tinggalnya yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing peserta didik. Dalam kaitan nya dengan wajib pencapaian pendidikan untuk semua mata pendidikan inklusif dapat diposisikan sebagai strategi untuk mendorong terlaksananya pendidikan untuk semua waktu wajib belajar. Pada tahap awal diarahkan untuk meningkatkan pencapaian pendidikan secara kuantitas dan pada tahap berikutnya sampai pada peningkatan kualitas pendidikan.
Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari pelaksanaan kurikulum. Baik buruknya mutu pendidikan atau mutu lulusan dipengaruhi oleh musuh kegiatan belajar mengajar. Film mutu lulusan yang bagus dapat diprediksi bahwa mu tuh kegiatan belajar mengajar nya juga bagus. Atau sebaliknya bilang untuk kegiatan belajar mengajar nya bagus makam urusannya juga akan bagus. Lingkungan yang inklusif merupakan lingkungan yang ramah terhadap pembelajaran mengakomodasi keanekaragaman peserta didik. Pada tahap awal dapat diarahkan kepada sekolah yang ramah yaitu sekolah yang terbuka kepada semua peserta didik menghargai perbedaan dan memenuhi kebutuhan yang beragam dari setiap peserta didiknya. Pembelajaran inklusif berarti menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang hangat menerima dan menghargai perbedaan. Pembelajaran di kelas inklusif akan bergeser dari pendekatan pembelajaran kompetitif yang kaku mengacu materi tertentu atau pendekatan pembelajaran kooperatif yang melibatkan kerjasama antar peserta didik dan bahan pelajaran dikembangkan secara tematik dan kontekstual.
Kegiatan pembelajaran dirancang sesuai kemampuan dan kebutuhan peserta didik serta mengacu kepada kurikulum yang telah dikembangkan. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan maksud untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran. Pembelajaran dalam setting inklusif selain menerapkan prinsip prinsip umum pembelajaran juga harus mengimplementasikan prinsip-prinsip khusus sesuai dengan kebutuhan dan hambatan peserta didik berkebutuhan khusus. Untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang beragam pembelajaran dalam setting inklusif diperlukan asesmen yang akan dipertimbangkan dalam menyusun pembelajaran yang di individualisasi kan. Pembelajaran yang multilevel menjadi ciri dan pelaksanaan yang dikembangkan dalam setting kelas yang sama.




DAFTAR PUSTAKA

Sumantri, Mulyani. (2017). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas TerbukaKegiatan Belajar Mengajar Di Sekolah Inklusif.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar